MAKALAH KONSEP KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal
yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan.
Salah satu faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan
kebidanan adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil
dan bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar
25-50%.
Mengingat hal diatas, maka penting
bagi bidan untuk mengetahui sejarah perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan karena bidan sebagai tenaga terdepan dan utama dalam pelayanan
kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan pelayanan wajib mengikuti
perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya melalui pendidikan formal
atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan untuk meningkatkan diri baik
melalui pendidikan maupun pelatihan serta meningkatkan jenjang karir dan
jabatan yang sesuai.
B. Rumusan Masalah
Secara
rinci rumusan masalah dalam paper ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri ?
2. Bagaimana sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia ?
3. Bagaimana sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Amerika , Belanda dan Jepang
?
C. Tujuan
Mempelajari dan memahami sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan yang terjadi dalam lingkup internasional.
Tujuan penelitin haruslah sangat
jelas guna menempuh arah sasaran yang tepat . Adapun tujuan penulisan ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di
luar negeri.
2.
Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Indonesia.
3.
Untuk mengetahui perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan di Amerika
, Belanda dan Jepang ?
D. Manfaat
Adapun
manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan paper ini, yaitu:
1.
Manfaat bagi peneliti :
a. Agar
peneliti bisa mengembangkannya kepada orang lain tentang sejarah perkembangan
pelayanan dan pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri, khususnya di
Amerika , Belanda dan Jepang
2.
Manfaat bagi pembaca :
a. Agar
pembaca mendapat ilmu lebih banyak mengenai sejarah perkembangan pelayanan dan
pendidikan kebidanan di dalam dan di luar negeri , khususnya di Amerika,
Belanda, dan Jepang.
BAB
2
PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Pelayanan Dan Pendidikan Bidan Didalam Dan
Diluar Negeri
Perkembangan pelayanan dan pendidikan
kebidanan nasional maupun internasional terjadi begitu cepat. Hal ini
menunjukkan bahwa perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan merupakan hal
yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh petugas kesehatan khususnya
bidan yang bertugas sebagai bidan pendidik maupun bidan di pelayanan
Salah satu
faktor yang menyebabkan terus berkembangnya pelayanan dan pendidikan kebidanan
adalah masih tingginya mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan
bersalin, khususnya di negara berkembang dan di negara miskin yaitu sekitar
25-50%. Mengingat hal diatas, maka penting bagi bidan untuk mengetahui sejarah
perkembangan pelayanan dan pendidikan kebidanan karena bidan sebagai tenaga
terdepan dan utama dalam pelayanan kesehatan ibu dan bayi diberbagai catatan
pelayanan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal dan bidan berhak atas kesempatan
untuk meningkatkan diri baik melalui pendidikan maupun pelatihan serta
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang sesuai.
1.
Sejarah Perkembangan Pelayanan dan Pendidikan
Kebidanan di Indonesia
Perkembangan
pendidikan dan pelayanan kebidanan di Indonesia tidak terbatas dari masa
penjajahan Belanda, era kemerdekaan, politik/kebijakan pemerintah dalam
pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan, kebutuhan masyarakat serta kemajuan
ilmu dan teknologi.
a. Perkembangan Pelayanan Kebidanan
Pelayanan
kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab praktik profesi
bidan dalam system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan
kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Layanan kebidanan yang tepat akan
meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu dan bayinya. Layanan kebidanan/oleh
bidan dapat dibedakan meliputi :
1) Layanan kebidanan primer
yaitu layanan yang diberikan sepenuhnya atas tanggung jawab bidan.
2) Layanan kolaborasi
yaitu layanan yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim secara bersama-sama
dengan profesi lain dalam rangka pemberian pelayanan kesehatan.
3) Layanan kebidanan rujukan
yaitu merupakan pengalihan tanggung jawab layanan oleh bidan kepada system
layanan yang lebih tinggi atau yang lebih kompeten ataupun pengambil alihan
tanggung jawab layanan/menerima rujukan dari penolong persalinan lainnya
seperti rujukan.
Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda, angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga
penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807 (zaman Gubernur Jenderal
Hendrik William Deandels) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,
tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena tidak adanya pelatih
kebidanan.
Adapun
pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di
Indonesia. Tahun 1849 di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit
Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Saat itu ilmu kebidanan belum
merupakan pelajaran, baru tahun 1889 oleh Straat, Obstetrikus Austria dan
Masland, Ilmu kebidanan diberikan sukarela. Seiring dengan dibukanya pendidikan
dokter tersebut, pada tahun 1851, dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi
di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (dr. W. Bosch). Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
Pada tahun 1952 mulai diadakan pelatihan bidan secara
formal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan persalinan. Perubahan
pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara
menyeluruh di masyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan
istilah Kursus Tambahan Bidan (KTB) pada tahun 1953 di Yogyakarta yang akhirnya
dilakukan pula dikota-kota besar lain di nusantara.
Seiring dengan pelatihan tersebut
didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA).
Dari BKIA
inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi kepada masyarakat
yang dinamakan Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) pada tahun 1957.
Puskesmas memberikan pelayanan berorientasi pada wilayah kerja. Bidan yang
bertugas di Puskesmas berfungsi dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu dan
anak termasuk pelayanan keluarga berencana.
Mulai tahun
1990 pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan masyarakat.
Kebijakan ini melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya mendidik bidan untuk penempatan bidan di desa.
Adapun tugas
pokok bidan di desa adalah sebagai pelaksana kesehatan KIA, khususnya dalam
pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan kesehatan
bayi baru lahir, termasuk. Pembinaan dukun bayi. Dalam melaksanakan tugas
pokoknya bidan di desa melaksanakan kunjungan rumah pada ibu dan anak yang
memerlukannya, mengadakan pembinaan pada Posyandu di wilayah kerjanya serta
mengembangkan Pondok Bersalin sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat.
Hal tersebut
di atas adalah pelayanan yang diberikan oleh bidan di desa. Pelayanan yang
diberikan berorientasi pada kesehatan masyarakat berbeda halnya dengan bidan
yang bekerja di rumah sakit, dimana pelayanan yang diberikan berorientasi pada
individu. Bidan di rumah sakit memberikan pelayanan poliklinik antenatal,
gangguan kesehatan reproduksi di poliklinik keluarga berencana, senam hamil,
pendidikan perinatal, kamar bersalin, kamar operasi kebidanan, ruang nifas dan
ruang perinatal.
Titik tolak
dari Konferensi Kependudukan Dunia di Kairo pada tahun 1994 yang menekankan
pada reproduktive health (kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :
1) Safe Motherhood, termasuk bayi baru lahir dan perawatan
abortus
2) Family Planning.
3) Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
reproduksi
4) Kesehatan reproduksi remaja
5) Kesehatan reproduksi pada orang tua.
2.
Sejarah Pelayanan Kebidanan di Luar Negeri
· Sebelum abad 20 (1700-1900)
William Smellie dari Scotlandia
(1677-1763) mengembangkan forcepss dengan kurva pelvik seperti kurva shepalik .
Dia memperkenalkan cara pengukuran konjungata diagonalis dalam pelvi metri ,
menggambarkan metode tentang persalinan lahirnya kepala pada presentasi bokong
, dan penanganan resusitasi bayi asfiksia dengan penonpaan paru-paru melalui
sebuah metal kateler .
Ignos Phillip Semmelweis , seorang
dokter dari Hungaria (1818-1865) mengenalkan tentang cuci tangan yang bersih ,
mengacu pada pengendalian species puerperium .
James Young Simpsosn dari Edenburgh ,
Scotlandia (1811-1870) memperkenalan dan menggunakan anastesi umum .
Tahun 1824 , James Blundell dari Inggris
menjadi orang pertama yang berhasil menangani pendarahan postpartum dengan
menggunakan tranfusi darah .
Jean Lubumean dari Prancis (orang
kepercayaan Rene Laenec , penemu Stetoskop pada tahun 1819) pertama kali
mendengar bunyi jantung janin dengan stetoskop pada tahun 1920.
Jhon Charles Weaven dari Inggris
(1811-1859) , pada tahun 1843 , adalah orang pertama yang tes urin pada
perempuan hamil untuk pemeriksaan dan menghubungkan kehadirannya dengan
eklamsipsia .
Adolf Pinard dari Prancis (1844-1934) ,
pada tahun 1878, mengumpulkan kerjanya pada palpasi abdominal.
Carl Crede dari Jerman (1819-1892),
menggambarkan metode stimulasi urin yang lembut dan lentur untuk mengeluarkan
plasenta.
Juduig
Bandl, dokter obstetri dari jerman (1842-1992), pada tahun 1875, menggambarkan
lingkaran retraksi yang pasti muncul pada pertemuan segmen atas rahim dan
segmen bawah rahim dalam persalinan macet atau sulit.
Daunce dari Bordeauz, pada tahun 1857,
memperkenalkan penggunaan inkubator dalam perawatan bayi prematur.
· Abad 20
Postnatal care sejak munculnya hospitalisasi untuk
persalinan telah berubah dari perpanjangan masa rawatan sampai 10 hari, ke
trend “Modern” ambulasi diri. Yang pada kenyataannya, suatu pengembalian pada
“cara yang lebih alami”.
Selama beberapa tahun, pemisahan ibu dan bayi merupakan praktek yang dapat
diterima di banyak rumah sakit, dan alat menyusui bayi buatan menjadi dapat
diterima, dan bahkan oleh norma! Bagaimanapun, alami sekali lagi “membuktikan
dirinya “rooing-in” dipraktekan dan menyusui dipromosikan menyusui disemua
rumah sakit yang sudah mendapat penerangan.
Perkembangan teknologi yang cepat telah monitoring anthepartum dan
intrapartum yang tepat menjadi mungkin dengan pengguraan ultrasonografi dan
cardiotocografi, dan telah merubah prognosis bagi bayi prematur secara dramatis
ketika dirawat di neonatal intersive acara urits, hal ini juga memungkinkan
perkembangan yang menakjubkan.
a. Sejarah Perkembangan Pelayanan
dan Pendidikan Kebidanan di Amerika
1) Pelayanan Kebidanan di Amerika
Di Amerika, para bidan berperan seperti
dokter, berpengalaman tanpa pendidikan yang spesifik, standar-standar, atau
peraturan-peraturan sampai pada awal abad ke 20.
Kebidanan, sementara itu, menjadi tidak
diakui dalam sebagian besar yurisdiksi (hukum) dengan istilah ‘nenek tua’:
Kebidanan akhirnya padam, profesi bidan hampir mati.
Sekitar tahun 1700, para ahli sejarah
memprediksikan bahwa angka kematian ibu di AS sebanyak 95%. Salah satu alasan
mengapa dokter banyak terlibat dalam persalinan adalah untuk mengjhilangkan
praktik sihir yang masih ada pada saat itu. Dokter memegang kendali dan banyak
memberikan obat-obatan tetapi tidak mengindahkan aspek spiritual, sehingga
perempuan yang menjalani persalinan selalu dihinggapi perasaan takut terhadap
kematian.
2) Pendidikan Kebidanan di Amerika
Tahun 1765, pendidikan formal untuk
bidan mulai di buka pada akhir abad ke 18. Banyak kalangan medis yang
berpendapat bahwa secar emosi dan intelektual, perempuan tidak mampu belajar
dan menerapkan metode obstetrik. Pendap[at ini digunakan untuk menjatuhkan
profesi bidan, sehingga bidan tidak mempunyai pendukung. Pada pertengahan abad
antar tahun 1770 dan 1820, para perempuan golongan atas di kota-kota Amerika,
mulai meminta bantuan para dokter. Sejak awal tahun 1990 setengah persalinan di
AS ditangani oleh dokter; bidan hanya menangani persalinan perempuan yang tidak
mampu mebayar dokter.
Tahun 1915, Dokter Joseph de lee
mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran didalamnya, serta diberlakukannya protap pertolongan persalinan
di AS, yaitu : memberikan sedatif pada awal inpartu, membiarkan serviks berdilatasi memeberikan
ather pada kala II, melakukan episiotomi, melahirkan bayi dengan forceps
ekstraksi plasenta, memberikan uteronika serta menjahit episiotomi.
Tahun 1955 American College of
Nurse-Midwifes (ACNM) di buka. Pada tahun 1971, seorang bidan di
Tennese mulai menolong persalinan secara mandiri di institut kesehatan.
Pada tahun 1979, badan pengawasan obat
Amerika menyatakian bahwa ibu bersalin yang menerima anestesi dalam dosis
tinggi melahirkan anak-anak dengan kemunduran perkembangan psikomotor.
Pada era 1980-an, ACNM membuat pedoman
alternatif lain dalam homebirth.
0pada tahun yang sama dibuat legalisasi tentang praktik profesional bidan,
sehingga membuat bidan menjadi sebuah profesi dengan lahan praktik yang
spesifik dan membutuhkan organisasi yang mengatur profesi tersebut.
Pada tahun 1982 MANA (Midwive Alliance Of North America) dibentuk guna meningkatkan
komunikasi antar bidanserta mwembuat peraturan sebagai dasar kompetisi untuk
melindungi bidan.
Hambatan-hambatan
yang dirasakan oleh bidan Amerika saat ini antara lain :
- Walau ada banyak
undang-undang yang baru, direct entri
midwives masih dianggap ilegal di beberapa negara bagian.
- Lisensi praktik
berbeda pada setiap negara bagian, tidak ada standar nasional sehingga tidak
ada definisi yang jelas tentang bidan sebagai seseorang yang telah terdidik dan
memiliki standar kompetensi yang sama.
- Kritik tajam dari
profesi medis kepada direct entry
midwives ditambah dengan isolasi dari sistem pelayanan kesehatan telah
mempersulit sebagian besar dari mereka untuk memperoleh dukungan medis yang
memadai bila terjadi keadaan gawat darurat.
Pendidikan kebidana biasanya berbentuk
praktik lapangan. Sampai saat ini mereka bisa menangani persalinan dengan
pengalaman sebagai bidan. Bidan adalah seseorang telah menyelesaikan pendidikan
4 tahun dan praktik lapangan selama 2 tahun, yang mana biayanyan yang sangat
mahal. Kebidanan memiliki sebuah organisasi untuk membentuk standar,
menyediakan sertifikat dan membuat ijin praktik. Saat ini AS merupakan negara yang menyediakan perawatan maternitas
termahal di dunia, tetapi sekaligus merupakan negara industri yang paling buruk
dalam hasil perawatan natal di negara-negara industri lainnya.
b. Sejarah Perkembangan Pelayanan
dan Pendidikan Kebidanan di Belanda
1)
Perkembangan Kebidanan di Belanda
Seiring
dengan meningkatnya perhatian pemerintah Belanda terhadap kelahiran dan
kematian, pemerintah mengambil tindakan terhadap masalah tersebut. Wanita
berhak memilih apakah ia mau melahirkan di rumah atau di Rumah Sakit, hidup
atau mati. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat tinggi,
sedangkan kematian prenatal relatif rendah.
Prof. Geerit Van Kloosterman pada
konferensinya di Toronto tahun 1984, menyatakan bahwa setiap kehamilan adalah
normal, harus selalu dipantau dan mereka bebas memilih untuk tinggal di rumah
atau rumah sakit, dimana bidan yang sama akan memantau kehamilannya.
Astrid Limburg mengatakan : Seorang
perawat yang baik tidak akan menjadi seorang bidan yang baik karena perawat
dididik untuk merawat orang yang sakit, sedangkan bidan untukkesehatan wanita.
Maria De Broer yang mengatakan bahwa
kebidanan tidak memiliki hubungan dengan keperawatan; kebidanan adalah profesi
yang mandiri.
Pendidikan kebidanan di Amsterdam
memiliki prinsip yakni sebagaimana memberi anastesi dan sedatif pada pasien
begitulah kita harus mengadakan pendekatan dan memberi pada ibu saat
persalinan. Jadi pada praktiknya bidan harus
memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong ibu untuk menolong dirinya
sendiri. Bidan harus menjadi role model
di masyarakat dan harus menganggap kehamilan adalah sesuatu yang normal,
sehingga apabila seorang perempuan merasa dirinya hamil dia dapat langsung
memeriksakan diri ke bidan/atau dianjurkan oleh keluarga, teman, atau siapa
saja.
2)
Pendidikan Kebidanan di Belanda
Pendidikan
Kebidanan di Belanda terpisah dari pendidikan keperawatan dan berkembang
menjadi profesi yang berbeda. Di Belanda ada 3 institusi kebidanan dan menerima
66 mahasiswa setiap tahunnya. Hampir tahun 800 calon mahasiswa (95% wanita, 4%
pria) yang mengikuti tes syarat masuk mengikuti pendidikan usia minimum 19
tahun, telah menamatkan Secondary Education atau yang sederajat dari
jurusan kimia dan
biologi. Mahasiswa kbidanan tidak menerima gaji dan tidak membayar biaya
pendidikan.
Selama pendidikan di ketiga
institusi tersebut menekankan bahwa kehamilan, persalinan, dan nifas sebagai
proses fisiologis. Ini diterapkan dengan menempatkan mahasiswa untuk praktek di
kamar bersalin dimana wanita dengan resiko rendah melahirkan. Persalinan,
walaupun di rumah sakit, seperti di rumah, tidak ada dokter yang siap menolong
dan tidak terdapat Cardiograph. Mahasiswa akan teruju keterampilan kebidanan
yang telah terpelajari.
Bila
ada masalah, mahasiswa baru akan berkonsultasi dengan Ahli kebidanan dan
seperti di rumah, wanita di kirim ke ruang bersalin patologi. Mahasiswa
diwajibkan mempunyai pengalaman minimal 40 persalinan selama pendidikan. Ketika
mereka lulus ujian akhir akan menerima ijazah yang didalamnya tercanbtum nilai
ujian.
3) Adapun Pelayanan - Pelayanan yang
Dilaksanakan oleh Belanda, yaitu :
a. Pelayanan Antenatal
Bidan menurut peraturan Belanda lebih berhak
praktek mandiri daripada perawat. Bidan mempunyai ijin resmi untuk praktek dan
menyediakan layanan kepada wanita dengan resiko rendah, meliputi antenatal,
intrapartum dan postnatal tanpa Ahli Kandungan yang menyertai mereka bekerja di
bawah Lembaga Audit Kesehatan. Bidan harus
merujuk wanita denganresiko tinggi atau kasus patologi
ke Ahli Kebidanan untuk di rawat dengan baik.
Untuk
memperbaiki pelayanan kebidanan dan ahli kebidanan dan untuk meningkatakan
kerjasama antar bidan dan ahli kebidanan dibentuklah dafatar indikasi oleh
kelompok kecil yang berhubungan dengan pelayanan maternal di Belanda.
b.
Pelayanan Intrapartum
Pelayanan intrapartum dimulai dari waktu
bidan dipanggil sampai satu jam setelah lahirnya plasenta dan membrannya. Bidan
mempunyai kemampuan untuk melakukan episiotomi tapi tidak diijinkan menggunakan
alat kedokteran. Biasanya bidan menjahit luka perineum atau episiotomi, untuk
luka yang parah dirujuk ke Ahli Kebidanan. Syntometrin dan Ergometrin diberikan
jika ada indikasi. Kebanyakan Kala III dibiarkan sesuai fisiologinya. Analgesik
tidak digunakan dalam persalinan.
c. Pelayanan Postpartum
Di
Kebidanan Belanda, pelayanan post natal dimulai setelah.
Pada tahun 1988, persalinan di negara Belanda 80% telah ditolong oleh
bidan, hanya 20% persalinan di RS. Pelayanan kebidanan dilakukan pada community
– normal, bidan sudah mempunyai indefendensi yuang jelas. Kondisi kesehatan ibu
dan anak pun semakin baik, bidan mempunyai tanggung jawab yakni melindungi dan
memfasilitasi proses alami, menyeleksi kapan wanitya perlu intervensi, yang
menghindari teknologi dan pertolongan dokter yang tidak penting.
Pendidikan bidan digunakan sistem Direct Entry dengan lama pendidikan
3tahun.
c. Sejarah Perkembangan Pelayanan
dan Pendidikan Kebidanan di Jepang
1)
Pelayanan Kebidanan di Jepang
Jepang merupakan sebuah negara dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang maju serta kesehatan masyarakat yang
tinggi.
Pelayanan kebidanan setelah perang dunia
II, lebih lebih banyak terkontaminasi oleh medikalisasi. Pelayana kepada
masyarakat masih bersifat hospitalisasi. Bidan berasal dari perawat jurusan
kebidanan dan perawat kesehatan masyarakat serta bidan hanya berperan sebagai
asisten dokter. Pertolongan persalinan lebih banyak dilakukan oeh dokter dan
perawat.
Jepang melakukan peningkatan pelayanan
dan pendidikan bidan sert mulai menata dan merubah situasi. Pada tahun 1987
peran bidan kembali dan tahun 1989 berorientasi pada siklus kehidupan wanita
mulai dari pubertas sampai klimaktelium serta kembali ke persalinannormal.
Bagi orang jepang melahirkan adalah
suatu hal yang kotor dan tidak diiinginkan maa banyak wanita yang akan
melahirkan diasingkan dan saat persalinan terjadi di tempat kotor gelap seperti
gedung dan gudang.
Dokumentasi relevan pertama tentang
praktek kebidanan adalah tentang pembantu-pembantu kelahiran (asisten) pada
periode Heian (794-1115).
Dokumentasi hukum pertama tentang
praktek kebidanan ditwerbitkan pada tahun 1868. Dokumen ini resmi menjadi dasar
untuk peraturan-peraturan hukum utama untuk profesi medis Jepang. Tahhun 1899
izin kerja kebidanan dikeluaran untuk memastikan profesional kualifikasi.
2)
Pendidikan Kebidanan di Jepang
Pendidikan kebidanan di Jepanbg diawali
dengan terbentuknya sekolah bidan pada tahun 1912 didirikan oleh Obgyn, dan
baru mendapatkan lisensi pada tahun 1974. Kemudian pada tahun 1899 lisensi dan
peraturan-peraturan untuk seleksi baru terbentuk.
Tahun 1987, pendidikan bidan mulai
berkembang dan berada dibawah pengawasan obstretikian. Kurikulum yang digunakan
dalam pendidikan bidan terdiri dari ilmu fisika, biologi, ilmu sosial, dan
psikologi. Ternyata hasil yang diharapkan dari pendidikan bidan tidak sesuai
dengan harapan. Bidn-bidan tersebut banyak yang bersifat tidak ramah dan tidak
banyak menolong persalinan dan pelayanan kebidanan.
Yang mengikuti pendidikan bidan yaitu
para perawat yang masuk pendidikan saat umur 20 tahun. Pendidikan berlangsung
selama 3 tahun. Tingkat Degree di universitas terdiri dari 8-16 kredit, yaitu
15 jam teori, 30 jam lab, dan 45 jam praktik. Pendidikan kebidanan tersebut
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan obstetri
dan neonatal, serta meningkatkan kebutuhan masyarakat karena masih tingginya
angka aborsi di Jepang. Masalah-masalah yang masih terdapat di Jepang antara
klain masih kurangnya tenaga bidan dan kualitas bidan yang masih belum
memuaskan.
Saat ini pendidikan bidan di Jepang bisa
setelah lulus dari sekolah perawat atau perguruan tinggi 2 tahun atau melalui
program kebidanan yang ditawarkan oleh perguruan tinggi 4 tahun.
BAB
3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pelayanan kebidanan di Indonesia perlu
ditingkatkan mengingat masih tingginya angka kematian ibu dan anak (AKIA).
Perubahan-perubahan yang dilakukan dalam pelayanan kebidanan zaman dahulu
dengan pelayana kebidanan zaman sekarang merupakan wujud peningkatan pelayanan
kebidanan. Tetepi dalam melakukan perubahan tersebut tidaklah mudah, butuh
proses dan waktu yang tidak singkat untuk mewujudkan pelayanan kebidanan yang
berkualitas.
Dari uraian di atas pula, maka dapat diambil
kesimpulan yakni sejarah perkembangan di masing-masing negara jelas memiliki
perbedaan. Baik itu dalam perkembangan pelayanan, maupun pendidikan
kebidanannya.
Dengan
demikian, uaraian-uraian di atas dapat dijadikan pembanding dan dapat kita
pilah mengenai hal positif dan negatif dari perbedaan tersebut.
B. SARAN
Karena mengingat perkembangan pendidikan
dan pelayanan kebidanan saat ini, kami menyarankan agar setiap orang lebih
memahami sejarah perkembangan kebidanan tidak hanya didalam negeri saja
melainkan diluar negara juga. Dengan
itu, kita akan dapat membandingkan dan dapat di tela’ah mengenai hal positif
dan negatif dari perbedaan tersebut.
Dengan
penulisan makalah ini penulis berharap lembaga kesehatan dalam hal ini para
bidan mampu meningkatkan pelayanan kebidanan guna membangun generasi muda dan
generasi penerus bangsa menjadi manusia yang sehat.