Kamis, 08 Mei 2014

MAKALAH INFEKSI PADA LUKA


MAKALAH KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN




BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan diberikan di berbagai fasilitas kesehatan, mulai dari fasilitas yang mempunyai peralatan yang sangat sederhana, sampai yang memiliki teknologi modern. Meskipun telah ada perkembangan dalam pelayanan di rumah sakit, dan fasilitas kesehatan lainya, infeksi terus pula berkembang terutama pada pasien yang dirawat di rumah sakit.
Infeksi yang terjadi di rumah sakit disebut juga “Infeksi Nosokomial”, yaitu infeksi yang diperoleh ketika seseorang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya tanda-tanda infeksi sebelumnya dan minimal terjadi 3 x 24 jam sesudah masuk kuman.
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.
Survey prevalensi yang dilakukan oleh WHO terhadap 55 rumah sakit di 14 negara mewakili 14 daerah WHO (Eropa, Mediterania timur, Asia Selatan – Timur, dan Pasifik Barat) menunjukkan rata-rata 8,7% pasien di rumah sakit menderita infeksi nosokomial. Tingkat infeksi nosokomial di Asia dilaporkan lebih dari 40% (Alvarado 2000).
            Sebagian besar infeksi nosokomial dapat dicegah dengan strategi-strategi yang sudah ada:
1.      Menaati praktek-praktek pencegahan infeksi yang direkomendasikan, khususnya cuci tangan dan pemakaian sarung tangan.
2.      Memperhatikan proses dekontaminasi dan pembersihan alat-alat kotor yang diikuti dengan sterilisasi dan desinfeksi.
3.      Meningkatkan keamanan pada area-area yang beresiko tinggi terjadi infeksi nosokomial.

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
a. mengetahui defenisi dari dasar dasar pencegahan infeksi
b. mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi
c. mengetahui cara instalasi linux dan aplikasinya


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Infeksi
                        Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi juga dapat diartikan masuknya bakteri atau kuman ke dalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada individu.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial 1,2,3,4
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjEbZ8JflQY829snLi6_vWnYnqPm_ezDDF_SVaw7j4iimxAJT9OPBe2T3mTe7eWeE8idHKTcQ0KbZli-0l3kNkovQx17ujqhg2r7AqRqeABFykiTklflUvk1UhcSzfgaWcYrL54tjBYI8E/s320/Pengertian+Infeksi.jpg
Gambar 2 1 : Infeksi Luka
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu pasien ke pasien lainnya.

2.2  Tindakan pencegahan infeksi
A.       Prinsip pencegahan infeksi
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada respon klinis lokal dan sistematik. Tanda klinis lokal : rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri, tumor (pembengkakan), dan fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak).
Ada beberapa hal yang perlu kita kaji dalam prinsip pencegahan infeksi, antara lain :
1. Faktor yang mempengaruhi proses infeksi :
1.      Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
2.      Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
3.      Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
4.      Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
5.      Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6.      Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi  atau mempercepat proses  penyembuhan.
2. Infeksi  nosokomial
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi di rumah sakit dalam sistem pelayanan kesehatan yang berasal dari proses penyebaran sumber pelayanan kesehatan, baik melalui pasien, petugas kesehatan, maupun sumber lain.
a.      Sumber Infeksi Nosokomial
Beberapa sumber penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah :
1.      Pasien merupakan unsur pertama yang dapat infeksi ke pasien lainnya, petugas kesehatan, pengunjung atau uf alat kesehatan lainnya.
2.      Petugas kesehatan dapat menyebarkan infeksi melalui kontak langsumg yang dapat rnenularkan berbagai kuman ke tempat lain.
3.      Pengunjung dapat menyebarkan infeksi yang didapat dari luar ke dalam lingkungan rumah sakit atau sebaliknya, yang didapat dari dalam rumah sakit ke luar rumah sakit.
4.      Sumber lain yang dimaksud di sini adalah lingkungan rumah sakit yang meliputi lingkungan umum atau kondisi kebersihan rumah sakit atau alat yang ada di rumah sakit yang dibawa oleh pengunjung atau petugas kesehatan kepada pasien, dan sebaliknya.

B.   Pencegahan Infeksi
Di masa lalu, fokus utama penanganan masalah infeksi dalam pelayanan kesehatan adalah mencegah infeksi. Infeksi serius pasca bedah masih merupakan masalah di beberapa negara, ditambah lagi dengan munculnya penyakit Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) dan Hepatitis B yang belum ditemukan obatnya. Saat ini perhatian utama ditujukan untuk mengurangi resiko perpindahan penyakit tidaka hanya terhadap pasien tetapi juga lepada pember pelayanan kesehatan dan karyawan termasuk prakarya, yatu orang yang bertugas membersihkan dan merawat ruang beda.


C.   Tindakan pencegahan infeksi
Beberapa tindakan pencegahan infeksi yang dapat dilakukan adalah:
1.        Aseptik, yaitu tindakan yang dilakukan dalam pelayanan kesehatan. Istilah ini dipakai untuk menggambarkan semua usaha yang dilakukan untuk mencegah masuknya rnikroorganisme ke dalam tubuh yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tujuan akhirnya adalah mengurangi atau menghilangkan jumlah mikroorganisme, baik pada permukaan benda hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman di gunakan.
2.        Antiseptik, yaitu upaya pencegahan infeksi dengan cara membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya.
3.        Dekontaminasi, tindakan yang dilakukan agar benda mati dapat ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersihan medis sebelum pencucian dilakukan. Contohnya adalah meja pemeriksaan, alat-alat kesehatan, dan sarung tamgan yang terkontaminasi oleh darah atau aliiran tubuh di saat prosedur bedah/tindakan dilakukan.
4.        Pencucian, yaitu tindakan menghilangkan semua darah, eairan tubuh atau setiap benda asing seperti debu dan kotoran.
5.        Desinfeksi, yaitu tindakan menghilangkan sebagian besar (tidak semua) mikroorganisme penyebab penyakit dari benda mati. Desinfeksi tingkat tinggi dilakukan dengan merebus atau dengan menggunakan larutan kirnia. Tindakan.ini dapat menghilangkan semua mikroorganisme, kecuaii beberapa bakteri endospora.
6.        Sterilisasi, yaitu tindakan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit, dan virus) termasuk bakteri endospora.


D.   Pedoman pencegahan infeksi
Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang atau dari peralatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang di antara mikroorganisme dan individu (pasien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa upaya fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi :
1.    Pencucian tangan, bertujuan untuk membersihhkan tangan dari segala kotoran, mencegah terjadi infeksi silang melalui tangan dan persiapan bedah atau tindakan pembedahan.
2.    Penggunaan sarung tangan (kedua tangan), baik pada saat melakukan tindakan, maupun saat memegang benda yang terkontaminasi (alat kesehatan/kain tenun bekas pakai).
3.    Menggunaan cairan antiseptik untuk membersihkan luka pada kulit.
4.    Pemrosesan alat bekas pakai (dekontaminasi, cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi).
5.    Pembuangan sampah.

2.3 Penyebab terjadinya  infeksi
 Adapun penyebab terjadinya infeksi antara lain yaitu :
1.    Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh
2.    Luka terbuka dan kotor
3.    Gizi buruk
4.    Daya tahan tubuh lemah
5.    Mobilisasi terbatas atau kurang gerak






A.   Tanda dan Gejala infeksi :
1.    Merasa panas pada daerah luka atau suhu badan panas
2.      Merasa sakit atau nyeri pada daerah luka
3.      Ada kemeraha pada kulit didaerah luka
4.      Terjadi bengkak pada daerah luka
5.      Gangguan fungsi gerak pada daerah luka
6.      Luka berbau tidak sedap
7.      Terdapat cairan nanah pada luka

Adapun contoh-contoh infeksi yaitu :
1.    Transmisi kuman
Transmisi kuman merupakan proses masuknya kuman ke dalam tubuh manusia yang dapat menimbulkan radang.
2.    Cara penularan mikroorganisme
Proses penyebaran mikroorganisme ke dalam tubuh, baik pada manusia maupun hewan, dapat melalui berbagai cara, di antaranya:
1.      Kontak Tubuh. Kuman masuk ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung.
2.      Makanan dan minuman
3.      Serangga
4.      Udara







B.   Faktor yang mempengaruhi proses infeksi
1.      Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
2.      Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
3.      Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
4.      Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
5.      Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6.      Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi atau mempercepat proses penyembuhan.

C.   Prinsip-prinsip pencegahan infeksi yang efektif berdasarkan :
1.        Setiap orang (ibu, bayi baru lahir, penolong persalinan) harus dianggap dapat menularkan penyakit karena infeksi yang terjadi bersifat asimptomatik (tanpa gejala).
2.        Setiap orang harus dianggap beresiko terkena infeksi.
3.        Permukaan tempat pemeriksaan, peralatan dan benda-benda lain yang akan dantelah bersentuhan dengan kulit tak utuh, selaput mukosa, atau darah harus dianggap terkontaminasi sehingga setelah selesai digunakan harus dilakukan proses pencegahan infeksi secara benar.
4.        Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatan atau benda lainnya telah diproses dengan benar, harus dianggap telah terkontaminasi.
5.        Resiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total tetapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan menerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi yang benar dan konsisten

2.4 Defenisi tindakan-tindakan dalam pencegahan infeksi :
1.  Asepsis atau teknik aseptik
Asepsis atau teknik aseptik adalah smua usaha yang dilakukan dalam
mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh yang mungkin akan
menyebabkan infeksi. Caranya adalah menghilangkan dan/atau menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, jaringan dan benda-benda mati hingga
tingkat aman.
2. Antisepsis
Antisepsis adalah usaha mencegah infeksi dengan cara membunuh atau
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada kulit atau jaringan tubuh
lainnya.
3. Dekontaminasi
Dekontaminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
petugas kesehatan dapat menangani secara aman benda-benda (peralatan
medis, sarung tangan, meja pemeriksaan) yang terkontaminasi darah dan cairan
tubuh. Cara memastikannya adalah segera melakukan dekontaminasi terhadap
benda-benda tersebut setelah terpapar/terkontaminasi darah atau cairan tubuh.

4. Mencuci dan membilas

Mencuci dan membilas adalah tindakan-tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua darah, cairan tubuh atau benda asing (debu, kotoran)
dari kulit atau instrumen.
5. Disinfeksi
Disinfeksi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hampir semua mikroorganisme penyebab penyakit pada benda-benda mati atau instrumen.
6. Disinfeksi tingkat tinggi (DTT)
Disinfeksi tingkat tinggi (DTT) adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semua mikroorganisme kecuali endospora bakteri, dengan cara
merebus atau cara kimiawi.
7. Sterilisasi
Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan semua mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), termasuk endospora bakteri npada benda-benda mati atau instrumen.
















BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
1.    Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi juga dapat diartikan masuknya bakteri atau kuman ke dalam tubuh dan jaringan yang terjadi pada individu.
2.    Faktor yang mempengaruhi proses infeksi :
1.    Sumber Penyakit. Sumber penyakit dapat memengaruhi apakah infeksi berjalan cepat atau lambat.
2.    Kuman penyebab. Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme, kemampuan mikroorganisme masuk ke dalam tubuh, dan virulensinva.
3.    Cara Membebaskan Sumber dari Kuman. kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat/lambat, seperti tingkat keasaman (pH), suhu, dll.
4.    Cara Penularan. Cara penularan seperti kontak melalui makanan atau udara, dapat menyebabkan penyebar.
5.    Cara Masuknya Kuman. Proses penyebaran tergantung dari sifatnya. Kuman dapat masuk melalui pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan lain-lain.
6.    Daya Tahan Tubuh. Daya tahan tubuh yang baik dapat memperlambat proses infeksi  atau mempercepat proses  penyembuhan.
3.    penyebab terjadinya infeksi antara lain yaitu :
1.    Adanya benda asing atau jaringan yang sudah mati di dalam tubuh
2.    Luka terbuka dan kotor
3.    Gizi buruk
4.    Daya tahan tubuh lemah
5.    Mobilisasi terbatas atau kurang gerak

3.2    Saran
Adapun  penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar